Oleh: fahruraji | Mei 3, 2010

Kebahasaan

RAGAM DAN LARAS BAHASA

1. Ragam Dan Laras Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu (1) ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

1.1 Ragam Bahasa
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baasa Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :
1. Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

2. Berdasarkan situasi dan pemakaian
Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
1. Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a. Ragam bahasa lisan :
– Nia sedang baca surat kabar
– Ari mau nulis surat
– Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
– Mereka tinggal di Menteng.
– Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
– Saya akan tanyakan soal itu
.
b. Ragam bahasa Tulis :
– Nia sedangmembaca surat kabar
– Ari mau menulis surat
– Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
– Mereka bertempat tinggal di Menteng
– Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
– Akan saya tanyakan soal itu.

2. Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a. Ragam Lisan
– Ariani bilang kalau kita harus belajar
– Kita harus bikin karya tulis
– Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam Tulis
– Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
– Kita harus membuat karya tulis.
– Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.
a. ragam standar,
b. ragam nonstandar,
c. ragam semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
a. topik yang sedang dibahas,
b. hubungan antarpembicara,
c. medium yang digunakan,
d. lingkungan, atau
e. situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :
• penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
• penggunaan kata tertentu,
• penggunaan imbuhan,
• penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
• penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh : (1) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok
(1a) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok
Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar.
Contoh : (2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.
(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

1.2 Laras Bahasa
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau nonstandar. Laras bahasa yang akan kita bahas dalam kesempatan ini adalah laras ilmiah.

2. Laras llmiah
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis (Soeseno, 1981: 1).
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994: 378).
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).
1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
3. Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu :
1. harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna
2. harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan
3. harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
Disamping persyaratan tersebut di atas, untuk dapat dipublikasikan sebagai karya ilmiah ada ketentuan struktur atau format karangan yang kurang lebih bersifat baku. Ketentuan itu merupakan kesepakatan sebagaimana tertuang dalam International Standardization Organization (ISO). Publikasi yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO memberikan kesan bahwa publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah (Soehardjan, 1997 : 10). Struktur karya ilmiah (Soehardjan, 1997 : 38) terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan terima kasih dan daftar pustaka. ISO 5966 (1982) menetapkan agar karya ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, inti tulisan (teori metode, hasil, dan pembahasan), simpulan, dan usulan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka (Soehardjan, 1997 : 38).

3. Ragam Bahasa Keilmuan
Menurut Sunaryo, (1994 : 1), bahwa dalam berkomunikasi, perlu diperhatikan kaidah-kaidah berbahasa, baik yang berkaitan kebenaran kaidah pemakaian bahasa sesuai dengan konteks situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita selalu memperhatikan faktor-faktor yang menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita gunakan. Pada saat menulis, misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita , apa yang kita tulis, apa tujuan tulisan itu, dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu mendapat perhatian tersebut merupakan faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu berkomunikasi meliputi : partisipan, topik, latar, tujuan, dan saluran (lisan atau tulis).
Partisipan tutur ini berupa PI yaitu pembicara/penulis dan P2 yaitu pembaca atau pendengar tutur. Agar pesan yang disampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka pembicara atau penulis perlu (a) mengetahui latar belakang pembaca/pendengar, dan (b) memperhatikan hubungan antara pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca. Hal itu perlu diketahui agar pilihan bentuk bahasa yang digunakan tepat , disamping agar pesannya dapat tersampaikan, agar tidak menyinggung perasaan, menyepelekan, merendahkan dan sejenisnya.
Topik tutur berkenaan dengan masalah apa yang disampaikan penutur ke penanggap penutur. Penyampaian topik tutur dapat dilakukukan secara : (a) naratif (peristiwa, perbuatan, cerita), (b) deskriptif (hal-hal faktual : keadaan, tempat barang, dsb.), (c). ekspositoris, (d) argumentatif dan persuasif.
Ragam bahasa keilmuan mempunyai ciri :
(1) cendekia : bahasa Indonesia keilmuan itu mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat.
(2) lugas dan jelas : bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat.
(3) gagasan sebagai pangkal tolak : bahasa Indonesia keilmuan digunakan dengan orientasi gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan, tidak pada penulis.
(4) Formal dan objektif : komunikasi Ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal. Hal ini berarti bahwa unsur-unsur bahasa Indonesia yang digunakan dalam bahasa Indonesia keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Pada lapis kosa kata dapat ditemukan kata-kata yang berciri formal dan kata-kata yang berciri informal (Syafi’ie, 1992:8-9).
Baca Selengkapnya..

Oleh: fahruraji | Mei 1, 2010

SATRA

Plot / Alur dan Dialog
Plot atau alur adalah kejadian atau peristiwa dalam drama yang disusun secara logis dan kronologis, saling terkait.
Plot/ alur/ rangka cerita dalam dramal sebagai berikut :
1. Permulaan ( protasis/exposition), yaitu bagian yang mengantarkan/ memaparkan para tokoh, menjelaskan latar cerita, gambar peristiwa yang akan terjadi.
2. Jalinan kejadian ( epitato/ complication ), yaitu bagian yang menggambarkan pertikaian yang dialami oleh tokoh.
3. Puncak laku ( catastasis/ klimaks ), yaitu bagian yang menguraikan peristiwa-peristiwa mencapai titik kulminasi, mencapai puncak ketegangan.
4. Ketegangan menurun, yaitu bagian yang menceritakan ketegangan berangsur-angsur menuju titik balik, menuju kesudahannya.
5. Peleraian ( resolution ), yaitu bagian yang menceritakan pertentangan-pertentangan mulai mereda, seolah-olah ada kesepakatan damai di antara para tokoh.
6. Penutupan ( catastrophe/conclusion/ penyelesaian, yaitu bagian yang menceritakan pertentangan yang dialami para tokoh sudah berakhir atau sudah terpecahkan.
Dialog
Dialog ( percakapan ) merupakan unsur terpenting dari drama. Dialog merupakan unsur pembeda antara drama dengan jenis karya seni ( karya sastra ) yang lain. Melalui dialog, watak, informasi, alur, suasana, dan tema dapat dimunculkan
Diposkan oleh M.ARIFIN di 03:51

Sudut Pandang
Sudut pandang, ialah cara si pengarang mengisahkan/ menceritakan suatu cerita. Sudut pandang terbagi menjadi : orang I, orang III, atau campuran ( orang I dan orang III ).
Sudut pandang I terbagi menjadi : orang I sebagai tokoh utama, contoh : autobiografi, cerita rekaan, tetapi seakan pengarang sendiri yang diceritakan. Orang I pengamat, yaitu pengamat sebagai pengamat, tetapi ada dalam cerita. Kata ganti yang dapat digunakan saya atau aku atau yang sejenisnya, biasa pula disebut sudut pandang akuan.
Sudut pandang orang III terbagi menjadi : orang III serba tahu, yaitu melaporkan semua tindak tanduk sangat pribadi dari pelaku, dan orang III terarah, yaitu terpusat pada satu karakter. Kata ganti yang dapat digunakan adalah dia, ia, mereka, nama orang, atau kata ganti orang ketiga lainnya, biasa disebut sudut pandang diaan
Contoh
Pak Balam menutup matanya kembali, dan dia terbaring demikian, letih telah
berbicara begitu banyak
Mereka duduk mengelilinginya dengan pikiran masing-masing. Cerita Pak Balam menimbulkan kesan yang dahsyat sekali dalam hati mereka. Mereka ingin dapat selamat sampai ke kampung, meninggalkan hutan dengan harimau maut jauh-jauh di belakang. Akan tetapi, mengakui dosa-dosa di depan kawan-kawan semua.
Harimau-Harimau, Muchtar Lubis
Sudut pandang dalam kutipan tersebut adalah orang III serba tahu karena melaporkan semua tindak tanduk tokoh, yaitu Pak Balam dan mereka.

Konflik Drama
Konflik drama, ialah ketegangan atau pertentangan dalam drama ( petentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri seorang tokoh, dua orang tokoh, atau kelompok )
Penyeb konflik antara lain : dengan diri sendiri ( konflik batin),antartokoh, budaya, alam/ lingkungan, sosial )
Contoh :
Sulung : Hem. Di sana kami punya wali negara, bangsa awak. Di sana segala lapangan kerja buka
lebar-lebar bagi bangsa awak. Di sana, bagian terbesar tentara polisi, alat negara bangsa
awak. Di atas segalanya, kami di sana hidup damai. Rukun berdampingan antara si putih
dan bangsa awak.
Bapak : Dan di atas segalanya pula. di sana si putih menjadi diperlukan. Dan sebuah bendara
asing jadi lambang kedaulatan, lambang kuasa; penjajahan. Dapatkah itu kau artikan
kemerdekaan ?
( Bapak, B. Sularto )
Konflik yang terdapat dalam kutipan drama tersebut adalah si bapak menerima kenyataan bahwa anaknya telah salah langkah karena menjadi penghianat bangsa dan negara. Terbukti anaknya sangat memuji penjajah ( kulit putih )
Tahapan konflik dapat pula dibagi menjadi awal konflik, konflik, konflik mulai bergerak (konfiksasi), puncak konflik atau klimaks, dan penyelesaian atau antiklimaks (akhir konflik)

Nilai-Nilai dalam Novel
Dalam sebuah karya sastra terkandung nilai-nilai yang disisipkan oleh pengarang. Nilai-nilai itu antara lain : nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti baik dan buruk, nilai sosial, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan norma-norma dalam kehidupan masyarakat ( misalnya saling memberi, menolong, dan tenggang rasa ), nilai budaya, yaitu konsep mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia ( misalnya : adat-istiadat, kesenian, kepercayaan, upacara adat ), dan nilai estetika, yaitu nilai yang berkaitan dengan seni, keindahan dalam karya sastra ( tentang bahasa, alur, tema )
Contoh :
Dari sebuah kantung di dalam keranjang besarnya, Wak Katok mengeluarkan
daun ramu-ramuan. Mereka membersihkan luka-luka Pak Balam dengan air panas dan Wak Katok menutup luka besar di betis dengan ramuan daun-daun yang kemudian mereka membungus dengan sobekan kain sarung Pak Balam. Wak Katok merebus ramuan obat-obatan sambil membaca mantera-mantera, dan setelah air mendidih, air obat dituangkan ke dalam mangkok dari batok kelapa. Setelah air agak dingin, Wak Katok meminumkannya kepada Pak Balam sedikit demi sedikit.
( Harimau-Harimau, Muchtar Lubis )
Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah memberi pertolongan kepada orang yang sedang sakit. Karena dalam kutipan diungkapkan, Wak Katok dan teman-temannya memberi pertolongan kepada Pak Balam yang terluka ( membersihkan, mengobati, dan membalutnya ) meminumkannya obat yang mereka buat sendiri.

Perkakas ‹ FAHRURRAJI ASMUNI (kumtul : bahasa dan sastra) — WordPress.

Oleh: fahruraji | April 30, 2010

PENGETAHUAN/TEORI SASTRA

Periodisasi Sastra Indonesia
1. Periodisasi Sastra
o Pengertian:
 penggolongan sastra berdasarkan pembabakan waktu dari awal kemunculan sampai dengan perkembangannya.
o Periodisasi sastra, selain berdasarkan tahun kemunculan, juga berdasarkan ciri-ciri sastra yang dikaitkan dengan situasi sosial, serta pandangan dan pemikiran pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek karya kreatifnya.
o Ada banyak periodisasi sastra yang disusun oleh para kritikus, antara lain oleh:
 HB. Jassin
 Ajip Rosidi
 A. Teeuw
 Rahmat Djoko Pradopo
o Yang akan dibahas dalam presentasi ini adalah Periodisasi Sastra menurut HB. Jassin.
2. Periodisasi Sastra Indonesia Menurut HB. Jassin
Berikut ini adalah periodisasi sastra menurut HB. Jassin:
o Sastra Melayu Lama
o Sastra Indonesia Modern
 Angkatan Balai Pustaka
 Angkatan Pujangga Baru
 Angkatan ’45
 Angkatan ‘66
• Sastra Melayu Lama
Sastra Melayu Lama merupakan sastra Indonesia sebelum abad 20.
Ciri-ciri Sastra Melayu Lama:
o Masih menggunakan bahasa Melayu
o Umumnya bersifat anonim
o Berciri istanasentris
o Menceritakan hal-hal berbau mistis seperti dewa-dewi, kejadian alam, peri, dsb.

Contoh sastra pada masa Sastra Melayu Lama:
 Dongeng tentang arwah, hantu/setan, keajaiban alam, binatang jadi-jadian, dsb.
 Berbagai macam hikayat seperti; Hikayat Mahabharata, Hikayat Ramayana, Hikayat Sang Boma.
 Syair Perahu dan Syair Si Burung Pingai oleh Hamzah Fansuri.
 Gurindam Dua Belas dan Syair Abdul Muluk oleh Raja Ali Haji
• Angkatan Balai Pustaka
Balai Pustaka merupakan titik tolak kesustraan Indonesia.
Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka adalah:
o Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh bahasa Melayu
o Persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa
o Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daerah/lokal
o Cerita yang diangkat seputar romantisme.
Angkatan Balai Pustaka terkenal dengan sensornya yang ketat. Balai Pustaka berhak
mengubah naskah apabila dipandang perlu.
Contoh hasil sastra yang mengalami pen-sensoran adalah Salah Asuhan oleh Abdul Muis yang diubah bagian akhirnya dan Belenggu karya Armyn Pane yang ditolak oleh Balai Pustaka karena tidak boleh diubah.
• Angkatan Balai Pustaka
• Contoh sastra pada masa Angkatan Balai Pustaka:
o Roman
 Azab dan Sengsara (Merari Siregar)
 Sitti Nurbaya (Marah Rusli)
 Muda Teruna (M. Kasim)
 Salah Pilih (Nur St. Iskandar)
 Dua Sejoli (M. Jassin, dkk.)
o Kumpulan Puisi
 Percikan Permenungan (Rustam Effendi)
 Puspa Aneka (Yogi)
• Angkatan ‘45
• Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
• Ciri-ciri Angkatan ’45 adalah:
o Terbuka
o Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
o Corak isi lebih realis, naturalis
o Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
o Penghematan kata dalam karya
o Ekspresif
o Sinisme dan sarkasme
o Karangan prosa berkurang, puisi berkembang
Chairil Anwar , sastrawan Angkatan ‘45
• Angkatan ‘45
• Contoh sastra pada masa Angkatan ’45:
o Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
o Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
o Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
o Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
o Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
o Tandus (S. Rukiah)
o Puntung Berasap (Usmar Ismail)
o Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
o Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
o Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
o Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)
• Angkatan ‘66
• Angkatan ’66 ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini.
• Banyak karya sastra pada angkatan yang sangat beragam dalam aliran sastra, seperti munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lainnya.
• Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah:
o Bercorak perjuangan anti tirani proses politik, anti kezaliman dan kebatilan
o Bercorak membela keadilan
o Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan
o Berontak
o Pembelaan terhadap Pancasila
o Protes sosial dan politik
• Angkatan ‘66
• Contoh sastra pada masa Angkatan ’66 adalah:
o Putu Wijaya
 Pabrik
 Telegram
 Stasiun
o Iwan Simatupang
 Ziarah
 Kering
 Merahnya Merah
o Djamil Suherman
 Sarip Tambak-Oso
 Perjalanan ke Akhirat
• ANGKATAN PUJANGGA BARU
• Angkatan Pujangga Baru
• Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.
• Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia.
• Angkatan Pujangga Baru
• Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928.
• Ikrar Sumpah Pemuda 1928:
o Pertama Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
o Kedoea Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
o Ketiga Kami poetera dan poeteri indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
• Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, tampak Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
• Angkatan Pujangga Baru
• Pada masa ini, terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane.
• Pada masa Angkatan Pujangga Baru, ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu:
o Kelompok “Seni untuk Seni”
o Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat”
• Angkatan Pujangga Baru
• Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara lain sbb:
o Sudah menggunakan bahasa Indonesia
o Menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi (struktur cerita/konflik sudah berkembang)
o Pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya nasional
o Menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme, intelektualisme, dan materialisme.
• Angkatan Pujangga Baru
• Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan Pujangga Baru adalah Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisjahbana.
• Layar Terkembang merupakan kisah roman antara 3 muda-mudi; Yusuf, Maria, dan Tuti.
o Yusuf adalah seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang menghargai wanita.
o Maria adalah seorang mahasiswi periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang kehidupan dengan penuh kebahagian.
o Tuti adalah guru dan juga seorang gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan

Oleh: fahruraji | April 29, 2010

KOSAKATA

PEDOMAN KHUSUS PEMAKAIAN ISTILAH KOMPUTER

1. Kepoliglotan orang Indonesia
Bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat poliglot. Oleh karena itu, penggunaan istilah yang berasal dari bahasa asing asal ‘tampak’ seperti bahasa Indonesia tidak akan merupakan masalah.

Dalam percakapan lisan ‘didel’ dibenarkan dipakai di samping ‘dihapus’. Akan tetapi, untuk bahasa tulis sebaiknya dipakai istilah ‘dihapus’.
2. Istilah Resmi dan Istilah Baku
Seranai istilah yang dihasilkan berdasarkan Pedoman Khusus Pembentukan Istilah Komputer ini merupakan istilah resmi, sehingga harus dipakai dalam setiap tulisan dan dokumen resmi. Adapun pemapanan pembakuan dan pemakaiannya ditentukan berdasarkan keberterimaannya oleh masyarakat umum.
3. Pengefektifan Penggunaan Istilah
Senarai Istilah Komputer menyediakan seperangkat kosakata bahasa Indonesia untuk digunakan dalam upaya kebahasaan untuk mengefektifkan penyusunan karya tulis bahasa Indonesia sesuai dengan tuntutan persyaratan pola penyajian yang bersifat tepat, singkat, lugas, dan jelas.

Sehubungan dengan itu, upaya penggunaan bahasa Indonesia untuk menurunkan perangkat istilah bersistem amat dianjurkan. Dari istilah akses (access) dapat diturunkan pengakses (accessor), terakseskan (accessible), keteraksesan (accessibility), aksesi (accession), dan seterusnya.

SENARAI PADANAN ISTILAH
No. Istilah Padanan
———————————————————————
1 abort gugurkan
2 access akses
3 access management manajemen akses
4 access unit unit akses
5 account akun; rekening
6 action button tombol tindak, tombol aksi
7 action setting penataan tindak, penataan aksi
8 active desktop destop aktif
9 add-ins tertambah
10 address alamat
11 address book buku alamat
12 administration administrasi
13 administration domain ranah administrasi
14 advisory system sistem penasihat
15 affirmation penegasan
16 agenda agenda
17 algorithm algoritma
18 alias alias
19 align left rata kiri
20 align right rata kanan
21 alignment perataan
22 alternate silih
23 alternate recipient penerima pilihan
24 animation animasi
25 anonymous remailer penyurat-balik anonim
26 append bubuh
27 application aplikasi
28 apply terapkan
29 apply design desain terapan
30 arrange susun
31 array larik
32 artificial intelligence kecerdasan buatan, intelegensi
buatan
33 ascending menanjak, urut naik
34 attribute atribut
35 auto clip art gambar klip otomatis
36 auto-correct pembetulan otomatis, otokoreksi
37 auto-forward maju otomatis
38 auto-replay putar ulang otomatis
39 auto-reply balasan otomatis
40 autofit otofit
41 autoformat format otomatis, otoformat
42 automatic learning pemelajaran otomatis
43 autoshapes bentuk otomatis
44 autosum total otomatis; jumlah otomatis
45 back balik; belakang
46 back slash garis miring kiri
47 back space spasi mundur
48 back up (rekam) cadangan
49 background latar belakang
50 backtracking lacak balik
51 backward chaining perantaian balik
52 band pita
53 bandwidth lebar pita
54 bar batang
55 bar-code kode batang
56 bar-code reader pembaca kode batang
57 bar-code scanner pemindai kode batang
58 base basis
59 batch tumpak
60 best-first search telusur pertama terbaik
61 binary biner
62 bit bit
63 bit map peta bit
64 blackboard model model papan tulis
65 blind copy recipient penerima kopi buntu; penerima
salin buntu
66 body bodi; badan
67 body text teks tubuh
68 bold tebal
69 border batas
70 bps bps
71 breadth-first search telusur pertama lebar
72 break putus
73 broadcast mail surat siaran
74 broadcast videography videografi siaran
75 browse ramban; jelajah
76 browsers peramban; penjelajah
77 buffer penyangga
78 bug kutu
79 bullet bulet
80 button tombol
81 byte bita
82 cache memory memori tembolok, memori
singgahan
83 cancel batal
84 capacity kapasitas
85 capslock kancing kapital
86 caption takarir
87 card kartu
88 cartridge kartrid, selongsong, patrun
89 cartridge disk disket kartu
90 cascade riam
91 cell sel
92 center tengah
93 central processing unit (CPU) unit pengolah pusat (UPP)
94 change case ubah karakter
95 channel saluran, kanal
96 character aksara; karakter
97 chart bagan
98 chatting rumpi
99 clear bersih; bersihkan
100 click klik
101 client klien
102 close tutup
103 closed file berkas tertutup
104 cluster gugus; rumpun
105 coding pengodean
106 color warna
107 color monitor monitor warna
108 column kolom
109 comments komentar
110 common name nama umum
111 computer komputer
112 computer aided berbantuan komputer
113 computer aided design (CAD) desain berbantuan komputer (DBK)
114 computer aided instruction instruksi berbantuan komputer
115 computer aided manufacturing pemanufakturan berbantuan
komputer
116 computer conference konferensi komputer
117 computer memory memori komputer
118 computer network jaringan komputer
119 conclusion part bagian kesimpulan
120 content isi
121 content type tipe isi
122 control(ctrl) kontrol (ktrl), kendali
123 convert ubah
124 copy salinan; kopi
125 copy recipient penerima salinan
126 count cacah
127 country name nama negara
128 crack rengkah
129 cracker perengah
130 create new buat baru
131 cursor kursor
132 custom views tilik pesanan, tilik suai
133 customizes sesuai
134 cut potong
135 cut-off putus
136 daemon jurik
137 data data
138 data analysis display tampilan analisis data
139 data anaysis analisis data
140 data bank bank data
141 data interchange saling tukar data
142 data logging pencatatan data
143 data processing pemrosesan data, pengolahan data
144 data processor pemroses data
145 database pangkalan data, basis data
146 datasheet lembar data
147 date tanggal
148 debug awakutu
149 decimal desimal
150 declarative knowledge pengetahuan deklaratif
151 decoding pengawasandian
152 decrease kurang; susut
153 deduction deduksi
154 deductive inference inferensi deduksi
155 deferred delivery pengiriman tertunda
156 delete hapus
157 delete item butir hapus
158 delivery pengiriman
159 delivery notification pemberitahuan pengiriman
160 depth-first search telusur pertama kedalaman
161 descending menurun, urut turun
162 design desain; rancangan
163 desk application aplikasi meja
164 digit digit
165 digital digital
166 digital computer komputer digital
167 direct submission submisi langsung
168 direct user pengguna langsung
169 directory direktori
170 directory information informasi direktori
171 directory management manajemen direktori
172 directory name nama direktori
173 directory system sistem direktori
174 directory system agent agen sistem direktori
175 directory user pengguna direktori
176 directory user agent agen pengguna direktori
177 disc disket; cakram; diska
178 disclosure of other penyingkapan lain
179 disconnected network drive pemacu jaringan tak-tersambung
180 discuss diskusi
181 disk drive penggerak disket; penggerak
cakram
182 disk memory memori disket; memori cakram
183 diskette disket
184 display tayangan
185 display station monitor peraga
186 distribution list senarai distribusi
187 document dokumen
188 document delivery pengiriman dokumen
189 document interchange saling tukar dokumen
190 domain ranah
191 domain knowledge pengetahuan ranah
192 domain model model ranah
193 domain name server server nama ranah; peladen nama
ranah
194 down anjlok
195 download unduh
196 drag seret
197 draw gambar; lukis
198 draw table buat tabel
199 drawing penggambaran
200 drive penggerak
201 dummy tiruan
202 edit edit
203 electronic data proccessing pemrosesan data elektronik (PDE)
(EDP)
204 electronic archive arsip elektronik
205 electronic data data elektronik
206 electronic document dokumen elektronik
207 electronic mail surat elektronik
208 electronic mailbox kotak surat elektronik
209 electronic messaging pemesanan elektronik
210 emoticon ikon emosi
211 encoded information informasi tersandi
212 encoding penyandian
213 encryption enkripsi
214 end selesai; tamat
215 enter enter
216 entry entri
217 envelope amplop
218 episode episode
219 erase hapus
220 eraser penghapus
221 error galat
222 esc(ape) hindar; keluar balik
223 evaluation function fungsi evaluasi
224 exit keluar
225 expert system (ES) sistem pakar (SP)
226 expiration date tanggal ekspirasi
227 expiry date indication indikasi tanggal kedaluwarsa
228 explorer penjelajah
229 export ekspor
230 facsimile faksimile
231 facsimile machine mesin faksimile
232 fax faks
233 fax board papan faks
234 fax machine mesin faks
235 fax modem modem faks
236 feedback balikan; umpan balik
237 fetch jemput; ambil
238 field ruas
239 field length panjang ruas
240 file berkas
241 file name nama berkas
242 filing pemberkasan
243 fill isi
244 fill character isi karakter
245 filter tapis; filter
246 filtering penapisan
247 find cari; temukan
248 firmware peranti tegar, perangkat tegar
249 floppy disk disket liuk; cakram liuk
250 folder pelipat
251 font huruf; fonta
252 font size ukuran huruf
253 footer kaki halaman
254 foreground latar depan
255 format format
256 format painter pewarna format
257 formula formula, rumus
258 forward depan
259 forward chaining perantaian maju
260 frame bingkai
261 front-end ujung depan
262 full screen layar penuh
263 gateway gerbang
264 general umum
265 generate bangkitkan
266 get dapatkan
267 gigabyte gigabita
268 go to menuju
269 gridlines garis kisi
270 hack retas
271 hacker peretas
272 hang macet
273 hanging indent inden macet
274 hard disk cakram keras
275 hardware perangkat keras
276 header tajuk
277 heading penajukan
278 help bantuan
279 heuristic search telusur heuristik
280 hide tersembunyi
281 highlight sorot
282 history sejarah
283 home pangkal
284 home base basis pangkal
285 horizontal horizontal
286 hub hub
287 hyperlink hipertaut
288 identity (ID) identitas (ID); tanda kenal
289 If-then rule kaidah jika-maka
290 If-then statement pernyataan jika-maka
291 image interpretation inteprestasi citra
292 image understanding pemahaman citra
293 image recognition rekognisi citra
294 import masuk; impor
295 in-basket masuk keranjang
296 inbox kotak masuk
297 indent inden
298 index indeks
299 inference engine mesin inferensi
300 informatics informatika
301 information informasi
302 information object objek informasi
303 information system sistem informasi
304 information technology (IT) teknologi informasi (TI)
305 input masukan
306 input data data masukan
307 input/output (I/O) masukan/keluaran (M/K)
308 insert sisip, sisipan
309 install instal
310 instruction pembelajaran, instruksi
311 integrated software perangkat keras terpadu
312 interactive videography videografi interaktif
313 interface antarmuka
314 intranet intranet
315 IP (identification personal) alamat PI (personal
address identifikasi)
316 italic italik; miring
317 joining penggabungan
318 key kunci; tombol
319 key field medan kunci; medan tombol
320 key lock terkunci
321 keyboard papan ketik; papan tombol
322 keyboard entry entri papan ketik; entri papan
tombol
323 keyboard printer pencetak papan ketik
324 keypad bantalan kunci
325 keyword kata kunci; kata sandi
326 kilobyte kilobita
327 knowledge acquisition persyaratan pengetahuan
328 knowledge base basis pengetahuan
329 knowledge engineer insinyur pengetahuan
330 knowledge engineering rekayasa pengetahuan
331 label label
332 landscape lanskap
333 launch luncur
334 launching peluncuran
335 leased line jalur sewaan
336 left kiri
337 legal pleadings pembelaan legal
338 letters and fax surat dan faks
339 line garis; jalur
340 links taut
341 list senarai
342 load muat
343 lock kancing
344 log in log masuk
345 log off log keluar
346 log on log masuk
347 log out log keluar
348 lower case sosok (huruf) bawah
349 macro makro
350 macro instructions instruksi makro
351 macroprocessor makroprosesor; pemroses makro
352 magnetic disc storage penyimpan disket magnetik
353 mail surat
354 mail broadcaster penyiar surat
355 mailbox kotak surat
356 mainframe bingkai induk; kerangka induk
357 management domain ranah manajemen
358 map network drive pemacu jaringan peta
359 master data data utama; data induk
360 master file berkas induk
361 means-end analysis analisis rerata-akhir
362 media player penggelar media
363 megabyte megabita
364 memo memo
365 memory memori
366 memory cache memori tembolok
367 memory capacity kapasitas memori
368 menu menu
369 merge gabung
370 message pesan
371 message handling penanganan pesan
372 message retrieval temu kembali pesan
373 message storage penyimpanan pesan
374 message transfer transfer pesan
375 message transfer agent agen transfer pesan
376 microcomputer mikrokomputer; komputer mikro
377 microprocessor mikroprosesor; prosesor mikro
378 minicomputer minikomputer
379 missing penghilangan
380 modem modem
381 moderated conference konferensi terpadu
382 monitor monitor
383 monitor display tampilan monitor
384 motherboard papan induk
385 mouse tetikus
386 movie film
387 multi-tasking penugasan ganda
388 multimedia multimedia
389 multiple of firing ganda penyalaan
390 name resolution resolusi nama
391 naming authority otoritas penamaan
392 natural language bahasa alami
393 network jaringan
394 networking jejaring
395 new mail surat baru
396 nondelivery takterkirim
397 numbering penomoran
398 numlock kancing angka
399 O/R address alamat O/R
400 object objek
401 off padam
402 office automation otomasi kantor
403 offline terputus
404 ok oke
405 on hidup, on
406 on line terhubung; tersambung
407 open buka
408 operating system (OS) sistem operasi (SO)
409 operator operator
410 optical disk disket optik
411 option opsi; pilihan
412 originator originator
413 originator/recipient originator/penerima
414 other documents dokumen lain
415 out-basket keranjang luar
416 outline kerangka, ragangan
417 output keluaran
418 pack and go kemas dan jalankan
419 page default standar halaman
420 page down (PgDn) turun halaman
421 page number nomor halaman
422 page preview pratilik halaman
423 page set up tata halaman
424 page up (PgUp) naik halaman
425 page width lebar halaman
426 paragraph paragraf
427 password sandi lewat
428 paste pasta, rekat
429 paste special spesial pasta
430 pause jeda
431 percent style gaya persentase
432 physical delivery pengiriman fisik
433 physical delivery access akses pengiriman fisik
434 picture gambar
435 pixel piksel
436 port pangkalan
437 portrait potret
438 power daya
439 preview pratilik
440 preview not available pratilik taktersedia
441 primary storage penyimpan utama
442 print cetak
443 print area wilayah cetak
444 print out cetakan
445 print preview pratilik cetak
446 print screen cetak layar
447 printer pencetak
448 private domain name nama ranah pribadi
449 private management manajemen pribadi
450 probe kuar
451 process proses
452 processor pemroses; prosesor
453 program program
454 programmer pemrogram, programer
455 programmer analyst analis pemrogram; analis
programer
456 programming pemrograman
457 programming language bahasa pemrograman
458 prompt siap ketik
459 proof of delivery service kedap layanan pengiriman
460 properties properti
461 protect proteksi; perlindungan
462 protocol protokol
463 publications publikasi
464 query permintaan, kueri
465 quit keluar
466 random access akses acak
467 random access memory (RAM) memori akses acak
468 read only memory (ROM) memori baca-saja
469 reader pembaca
470 ready siap
471 receipt menerima
472 received diterima
473 recipient penerima
474 record utas; rekam
475 redo jadi lagi
476 redundancy kelewahan; redundansi
477 refresh segar
478 release luncuran; terbitan
479 remove hapus
480 rename ganti judul, nama ulang
481 repeat ulang
482 replace ganti
483 replication replikasi
484 reply jawab
485 reply all jawab semua
486 reports laporan
487 reset tata ulang
488 resource sumber daya
489 restart start ulang
490 restore simpan ulang
491 resume teruskan lagi
492 retrieval temu kembali
493 retry coba lagi
494 return kembali
495 rewrite tulis ulang
496 right kanan
497 row baris
498 ruler mistar
499 run jalankan
500 save simpan
501 save as simpan sebagai
502 save as HTML (hyper markup simpan sebagai bahasa markah
language) hiper teks (BMHT)
503 scan pindai
504 scanner pemindai
505 screen layar
506 scroll menggulung
507 scroll lock kunci gulung
508 search telusur
509 secondary recipient penerima sekunder
510 sector sektor
511 secure access akses aman
512 security keamanan
513 segment segmen
514 select pilih
515 select all pilih semua
516 send kirim
517 send to kirim kepada
518 sent item surat/butir terkirim
519 series seri
520 server peladen; server
521 set up show tata tampilan
522 setting penataan
523 setup tata
524 shading pembayangan
525 share workbook buku kerja bersama
526 shareable directory direktori terbagi
527 sheet lembar
528 shift alih
529 shut down tutup padam
530 signature tanda tangan
531 slash garis miring
532 sleep pudar
533 slide salindia
534 slide colour scheme skema warna salindia
535 slide from files salindia dari berkas
536 slide from outlines salindia dari ragangan
537 slide layout tata letak salindia
538 slide miniature miniatur salindia
539 slide number nomor salindia
540 slide show tampil salindia
541 slide sorter penyortir salindia; pemilah
salindia
542 slot slot
543 software perangkat lunak
544 sort sortir; pilah
545 sound suara
546 source sumber
547 space spasi
548 spacebar batang spasi
549 speaker noter pencatat pembicara
550 spelling ejaan
551 split belah
552 splitting pembelahan
553 spread sheet lembar sebar
554 standby siaga
555 start mulai; star
556 start up hidupkan
557 status bar batang status
558 stop stop
559 stored message alert siaga pesan tersimpan
560 style gaya
561 style checker pemeriksa gaya
562 subdirectory subdirektori
563 subject subjek
564 submission submisi
565 subscriber penika bawah
566 subscript tika bawah
567 subtotals subtotal
568 superscript tika atas
569 symbol simbol
570 synchronize menyelaraskan; selaras
571 tab tab
572 table tabel
573 tape pita
574 taskbar batang tugas
575 teleconferencing telekonferensi
576 telecopy telekopi
577 telefax telefaks
578 teletext teleteks
579 telex teleks
580 template templat
581 terminal terminal
582 text (voice, image, video) teks (suara, citra, video)
583 text box kotak teks
584 theme tema
585 thread ulir
586 throughput terobosan
587 tile ubinan
588 time waktu
589 to fax ke faks
590 toolbars batang alat; batang perkakas
591 tools alat; perkakas
592 top-level domain name nama ranah aras puncak
593 trace runut
594 tracing facility fasilitas perunutan
595 track lintas, jalur
596 transfer transfer
597 transmission transmisi
598 transmittal event peristiwa transmital
599 underline garis bawah
600 undo tak jadi
601 unhide tak tersembunyi
602 up ungguh
603 up level naik aras
604 update mutakhir
605 upload unggah
606 upper case sosok (huruf) atas
607 user pengguna
608 user agent agen pengguna
609 user friendly akrab pengguna
610 user group kelompok pengguna
611 user interface antarmuka pengguna
612 utilities kegunaan
613 version versi
614 vertical vertikal
615 video conferencing konferensi video
616 videotext teks video
617 view tilik
618 viewdata data tilik
619 viewing screen layar penilikan
620 voice mail surat suara
621 wake up bangun
622 web pages halaman web
623 whole page halaman utuh
624 window jendela
625 wizard cekatan
626 word kata
627 work load beban kerja
628 work station anjungan kerja
629 zoom zum
Diperoleh dari “http://id.wikisource.org/wiki/Panduan_Pembakuan_Istilah,_Pelaksanaan_Instruksi_Presiden_Nomor_2_Tahun_2001_Tentang_Penggunaan_Komputer_Dengan_Aplikasi_Komputer_Berbahasa_Indonesia”

Oleh: fahruraji | April 28, 2010

SASTRA

Plot / Alur dan Dialog
Plot atau alur adalah kejadian atau peristiwa dalam drama yang disusun secara logis dan kronologis, saling terkait.
Plot/ alur/ rangka cerita dalam dramal sebagai berikut :
1. Permulaan ( protasis/exposition), yaitu bagian yang mengantarkan/ memaparkan para tokoh, menjelaskan latar cerita, gambar peristiwa yang akan terjadi.
2. Jalinan kejadian ( epitato/ complication ), yaitu bagian yang menggambarkan pertikaian yang dialami oleh tokoh.
3. Puncak laku ( catastasis/ klimaks ), yaitu bagian yang menguraikan peristiwa-peristiwa mencapai titik kulminasi, mencapai puncak ketegangan.
4. Ketegangan menurun, yaitu bagian yang menceritakan ketegangan berangsur-angsur menuju titik balik, menuju kesudahannya.
5. Peleraian ( resolution ), yaitu bagian yang menceritakan pertentangan-pertentangan mulai mereda, seolah-olah ada kesepakatan damai di antara para tokoh.
6. Penutupan ( catastrophe/conclusion/ penyelesaian, yaitu bagian yang menceritakan pertentangan yang dialami para tokoh sudah berakhir atau sudah terpecahkan.
Dialog
Dialog ( percakapan ) merupakan unsur terpenting dari drama. Dialog merupakan unsur pembeda antara drama dengan jenis karya seni ( karya sastra ) yang lain. Melalui dialog, watak, informasi, alur, suasana, dan tema dapat dimunculkan
Diposkan oleh M.ARIFIN di 03:51

Sudut Pandang
Sudut pandang, ialah cara si pengarang mengisahkan/ menceritakan suatu cerita. Sudut pandang terbagi menjadi : orang I, orang III, atau campuran ( orang I dan orang III ).
Sudut pandang I terbagi menjadi : orang I sebagai tokoh utama, contoh : autobiografi, cerita rekaan, tetapi seakan pengarang sendiri yang diceritakan. Orang I pengamat, yaitu pengamat sebagai pengamat, tetapi ada dalam cerita. Kata ganti yang dapat digunakan saya atau aku atau yang sejenisnya, biasa pula disebut sudut pandang akuan.
Sudut pandang orang III terbagi menjadi : orang III serba tahu, yaitu melaporkan semua tindak tanduk sangat pribadi dari pelaku, dan orang III terarah, yaitu terpusat pada satu karakter. Kata ganti yang dapat digunakan adalah dia, ia, mereka, nama orang, atau kata ganti orang ketiga lainnya, biasa disebut sudut pandang diaan
Contoh
Pak Balam menutup matanya kembali, dan dia terbaring demikian, letih telah
berbicara begitu banyak
Mereka duduk mengelilinginya dengan pikiran masing-masing. Cerita Pak Balam menimbulkan kesan yang dahsyat sekali dalam hati mereka. Mereka ingin dapat selamat sampai ke kampung, meninggalkan hutan dengan harimau maut jauh-jauh di belakang. Akan tetapi, mengakui dosa-dosa di depan kawan-kawan semua.
Harimau-Harimau, Muchtar Lubis
Sudut pandang dalam kutipan tersebut adalah orang III serba tahu karena melaporkan semua tindak tanduk tokoh, yaitu Pak Balam dan mereka.

Konflik Drama
Konflik drama, ialah ketegangan atau pertentangan dalam drama ( petentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri seorang tokoh, dua orang tokoh, atau kelompok )
Penyeb konflik antara lain : dengan diri sendiri ( konflik batin),antartokoh, budaya, alam/ lingkungan, sosial )
Contoh :
Sulung : Hem. Di sana kami punya wali negara, bangsa awak. Di sana segala lapangan kerja buka
lebar-lebar bagi bangsa awak. Di sana, bagian terbesar tentara polisi, alat negara bangsa
awak. Di atas segalanya, kami di sana hidup damai. Rukun berdampingan antara si putih
dan bangsa awak.
Bapak : Dan di atas segalanya pula. di sana si putih menjadi diperlukan. Dan sebuah bendara
asing jadi lambang kedaulatan, lambang kuasa; penjajahan. Dapatkah itu kau artikan
kemerdekaan ?
( Bapak, B. Sularto )
Konflik yang terdapat dalam kutipan drama tersebut adalah si bapak menerima kenyataan bahwa anaknya telah salah langkah karena menjadi penghianat bangsa dan negara. Terbukti anaknya sangat memuji penjajah ( kulit putih )
Tahapan konflik dapat pula dibagi menjadi awal konflik, konflik, konflik mulai bergerak (konfiksasi), puncak konflik atau klimaks, dan penyelesaian atau antiklimaks (akhir konflik)

Nilai-Nilai dalam Novel
Dalam sebuah karya sastra terkandung nilai-nilai yang disisipkan oleh pengarang. Nilai-nilai itu antara lain : nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti baik dan buruk, nilai sosial, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan norma-norma dalam kehidupan masyarakat ( misalnya saling memberi, menolong, dan tenggang rasa ), nilai budaya, yaitu konsep mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia ( misalnya : adat-istiadat, kesenian, kepercayaan, upacara adat ), dan nilai estetika, yaitu nilai yang berkaitan dengan seni, keindahan dalam karya sastra ( tentang bahasa, alur, tema )
Contoh :
Dari sebuah kantung di dalam keranjang besarnya, Wak Katok mengeluarkan
daun ramu-ramuan. Mereka membersihkan luka-luka Pak Balam dengan air panas dan Wak Katok menutup luka besar di betis dengan ramuan daun-daun yang kemudian mereka membungus dengan sobekan kain sarung Pak Balam. Wak Katok merebus ramuan obat-obatan sambil membaca mantera-mantera, dan setelah air mendidih, air obat dituangkan ke dalam mangkok dari batok kelapa. Setelah air agak dingin, Wak Katok meminumkannya kepada Pak Balam sedikit demi sedikit.
( Harimau-Harimau, Muchtar Lubis )
Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah memberi pertolongan kepada orang yang sedang sakit. Karena dalam kutipan diungkapkan, Wak Katok dan teman-temannya memberi pertolongan kepada Pak Balam yang terluka ( membersihkan, mengobati, dan membalutnya ) meminumkannya obat yang mereka buat sendiri.

Oleh: fahruraji | April 26, 2010

SASTRA : PUISI LAMA

Puisi Lama
A.PENGERTIAN
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
B. MACAM-MACAM PUISI LAMA
1. MANTRA
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2.GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)
CIRI-CIRI GURINDAM:
a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
3. SYAIR
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.
CIRI – CIRI SYAIR :
a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
4.PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
CIRI – CIRI PANTUN :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
MACAM-MACAM PANTUN
1. DILIHAT DARI BENTUKNYA
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2. DILIHAT DARI ISINYA
2.1. PANTUN ANAK-ANAK
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
2.2. PANTUN ORANG MUDA
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
2.3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
2.4. PANTUN JENAKA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
2.5. PANTUN TEKA-TEKI
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki

Oleh: fahruraji | April 25, 2010

KEBAHASAAN

PERANAN BAHASA INDONESIA
DALAM KONSEP ILMIAH

1.1 Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. Hal ini dilandaskan dalam Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan.
Bahasa Indonesia sendiri mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara Indonesia ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis takbaku. Bahasa Indonesia baku dipakai dalam (1) Karang-mengarang, (2) pembicaraan pada situasi formal, (3) pembicaraan di depan umum, dan (4) pembicaraan di depan orang yang dihormati; bahasa Indonesia tidak baku dipakai dalam situasi santai. Kedua ragam bahasa itu dapat hidup berdampingan.
1.2 Bahasa Indonesia dalam karya ilmiah
1.2.1 Definisi karya ilimiah
Karya ilmiah menurut Brotowijoyo dalam Arifin (1985: 8—9) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia dalam karangan ilmiah mempunyai fungsi yang sangat penting, karena bahasa merupakan media pengungkap gagasan penulis. Bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah adalah bahasa Indonesia ilmiah. Bahasa Indonesia ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah.

1.2.2 Jenis-jenis karya ilmiah dapat dibedakan atas berikut :
a. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif.
b. Kertas kerja
Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Makalah sering ditulis untuk disajikan dalam kegiatan penelitian dan tidak untuk didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam seminar atau lokakarya.
c. Laporan Praktik Kerja
Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan di lapangan atau instansi perusahaan tempat kita bekerja. Jenis karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang diploma III (DIII).
d. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana skripsi langsung (observasi lapangan) dan tidak langsung (studi kepustakaan).
e. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.
f. Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.
Perbedaan antara makalah, kertas kerja dengan skripsi, tesis, dan disertasi dapat dilihat dari hal-hal berikut:
(1) kegunaannya,
(2) tebal halaman,
(3) waktu pengerjaan, dan
(4) gelar akademik.
1.3 Karakteristik karya ilmiah
1. Mengacu kepada teori
Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai landasan berpikir / kerangka pemikiran / acuan dalam pembahasan masalah.
Fungsi teori :
a. Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan
b. Dijadikan data sekunder / data penunjang ( data utama ; fakta )
c. Digunakan untuk menjelaskan, menerangkan, mengekspos dan mendeskripsikan suatu gejala
d. Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.
2. Berdasarkan fakta
Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya, sebenarnya dan konkret.
3. Logis
Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat ditelusuri, diselidiki dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat diterima akal.
4. Objektif
Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan tidak pernah subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak diintervensi oleh kepentingan baik pribadi maupun golongan.
5. Sistematis
Baik penulisan / penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah disajikan secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan prosedur dan sistem yang berlaku, terurut, dan tertib.
6. Sahih / Valid
Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan benar menurut aturan ilmiah yang berlaku.
7. Jelas
Artinya setiap informasi dalam karangan ilmiah diungkapkan sejernih-jernihnya, gamblang, dan sejelas-jelasnya sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan keraguan-raguan dalam benak pembaca.
8. Seksama
Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan secara cermat, teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak mengandung kesalahan betapa pun kecilnya.
9. Tuntas
Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya. Jadi, supaya karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu luas.
10. Bahasanya Baku
Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai dengan bahasa yamg dijadikan tolak ukur / standar bagi betul tidaknya penggunaan bahasa.
11. Penulisan sesuai dengan aturan standar (nasional / internasional)
Akan tetapi, tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku di lembaga tempat penulis bernaung tetap harus diperhatikan.
1.4 Persyaratan menulis ilmiah
1. Menguasi teori ;
2. Memiliki pengalaman
3. Bersifat terbuka
4. Bersifat objektif
5. Memiliki kemampuan berbahasa
1.5 Langkah-langkah penulisan karya ilmiah
1. Persiapan
a) Pemilihan Topik
Cara memilih topik yang baik dalam karya ilmiah adalah sebagai
berikut:
a) topik itu sudah dikuasai;
b) topik itu paling menarik perhatian;
c) topik itu ruang lingkupnya terbatas;
d) data itu objektif;
e) memiliki prinsip-prinsip ilmiah (ada landasan teori atau teori-teori
sebelumnya;
f) memiliki sumber acuan.
b) Penentuan Judul
Cara menulis judul adalah dengan menentukan kerangka karangan dengan pembatasan topik.
Contoh:
topik : perkantoran
masalah apa : kepegawaian
mengapa : pengawasan
di mana : Pemda Jawa Barat
waktu : tiga bulan
kajian : praktik/penerapan
Contoh: Lihat bagan!
Fungsi Pengawasan dalam Upaya Peningkatan Kinerja Pegawai di Lingkungan Pemerintahan Daerah Tingkat I Jawa Barat
Catatan : Syarat judul yang baik adalah sebagai berikut:
1. harus bebentuk frasa,
2. tanpa ada singkatan atau akronim,
3. awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,
4. tanpa tanda baca di akhir judul karangan,
5. menarik perhatian,
6. logis, dan
7. sesuai dengan isi.
Jika ada kata kerja atau predikat dalam judul karangan, kata kerja tersebut harus diubah menjadi kata benda.
Mengawasi menjadi pengawasan
Berfungsi menjadi fungsi atau jadi peranan
Bermanfaat menjadi pemanfaatan
Pupuk Cair Organik Berfungsi untuk Meningkatkan Produksi Padi
(Oriza Sativa) di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung.
Seharusnya:
Fungsi Pupuk Cair Organik dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi (Oriza Sativa) di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung
atau
Peranan Pupuk Cair Organik dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi (Oriza Sativa) di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung
Predikat (kata kerja) dalam judul tersebut tidak ada lagi.
c) Penulisan Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah pengelompokan dan pengamatan jenis fakta dan sifatnya menjadi kesatuan yang bertautan.
Contoh:
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Pembatasan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kerangka Teori
1.5 Sumber Data
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 …
2.2 …
BAB III METODE PENELITIAN DAN KAJIAN
3.1 …
3.2 …
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 …
4.2 …
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 …
5.2 …
RAGANGAN SKRIPSI SEMENTARA
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR KAMUS
LAMPIRAN DATA
2. Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. mencari informasi/data dari kepustakaan;
b. menyusun daftar angket;
c. melakukan wawancara;
d. melakukan pengamatan di lapangan;
e. melakukan percobaan di laboratorium.
3. Penyusunan Data
Penyusunan data dapat diartikan menyeleksi, mengolah, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik-teknik atau metode yang telah ditentukan.
4. Pengetikan
Setelah data disusun lalu diadakan pengetikan data (penelitian).
5. Pemeriksaan
Pemeriksaan data (penelitian) dapat dilakukan melalui tahapan
penerapan bahasa berikut:
1. penyusunan paragraf,
2. penerapan kalimat baku,
3. penerapan diksi/pilihan kata, dan
4. penerapan EYD.

Oleh: fahruraji | April 24, 2010

Pengetahuan Kebahasaan

Diskusi Panel
Pengertian Diskusi Panel
• Diskusi panel merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang dihadapan sekelompok hadirin mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkannya.
• Diskusi Panel adalah sekelompok individu yang membahas topik tentang kelebihan pada masyarakat atau pendengar diskusi.
• Panel mungkin sangat terstruktur atau mungkin saja sangat tidak formal. Suatu panel yang berstruktur mungkin membatasi panjang dan keleluasaan dalam menuturkan kata-kata (sampai pendapat), panel yang tidak formal mungkin menekankan interaksi spontan yang bebas, para peneliti diharapkan terlebih dahulu memberikan pidato tanpa text dan memiliki pengetahuan / keahlian sebagai dasar komentar mereka. Keanggotaan panel biasanya terdiri atas para ahli, orang-orang awam yang tertarik atau gabungan keduanya, tergantung pada topik yang dibahas. Satu kriteria penting diskusi panel yang baik adalah adanya interaksi antar para peserta diskusi panel.

Kelebihan-kelebihan dari Diskusi Panel
• Memberikan kesempatan kepada pendengar untuk mengikuti berbagai pandangan sekaligus.
• Biasanya dalam diskusi panel timbul pro dan kontra pandangan, semakin sengit pro dan kontra, maka diskusi akan semakin menarik untuk diikuti.
• Dalam diskusi panel, kelompok yang melakukan diskusi akan berhati-hati dalam mengajukan pandangan atau mengemukakan pendapat, karena menyadari akan dapat langsung digugat atau dibantah.
• Peserta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih dalam hal yang didiskusikan dapat menyampaikan pandangan.

Kekurangan-kekurangan dari Diskusi Panel
• Diskusi panel menjadi tidak menarik apabila semua peserta waswas untuk menyampaikan pandangan secara terus terang dan semua peserta merasa sungkan untuk berbeda pandangan.
• Suasana dalam diskusi panel akan menjadi pincang atau tidak seimbang apabila ada peserta yang jauh lebih tangkas dalam menyampaikan daripada yang lainnya.
• Ada kalanya moderator terpaksa harus berusaha membuat kesimpulannya sendiri dan menyampaikannya dalam diskusi itu.
• Harus memilih moderator yang berani dan mampu turun tangan untuk menyelamatkan diskusi agar jangan sampai pincang atau berat sebelah.
• Ada kemungkinan terjadinya “pencemaran nama baik” dalam diskusi panel.

Tugas-tugas Para Pelaku dalam Diskusi Panel
Tugas-tugas Peserta:
• mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai dengan akhir dan terbagi menjadi tim affirmatif dan oposisi yang termasuk panelis,
• mengajukan usul, pendapat, maupun komentar,
• meminta panelis untuk memberikan pembuktian, contoh, maupun perbandingan.

Tugas-tugas Notula/penulis:
• menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi,
• diperbolehkan untuk menyanggah,
• diperbolehkan untuk menyetujui ataupun tidak menyetujui,
• membuat makalah tentang permasalahan yang didiskusikan.

Tugas-tugas Penyaji/panelis:
• menyajikan materi diskusi,
• berperan sebagai pembicara dalam diskusi,
• mengutarakan makalah yang disampaikan,
• menjawab pertanyaan dari peserta dan penyanggah.

Tugas-tugas Moderator:
• membuka diskusi,
• membacakan riwayat kehidupan panelis,
• mempersilakan panelis untuk berbicara,
• mengatur dan memimpin jalannya diskusi,
• membacakan kesimpulan diskusi.

Tugas-tugas Penyanggah:
• menyanggah usulan dari tim affirmatif,
• menyanggah pembicaraan panelis,
• meneliti kata-kata dalam makalah,
• melakukan pembuktian dan menentukan nilai banding,
• menyanggah hal-hal yang dianggap penting.

Oleh: fahruraji | April 22, 2010

ESAI SASTRA

ANALISIS STRUKTURAL TERHADAP CERPEN GERSON POYK
Posted by: MahaDewa in Esai
Add Comment
Maman S Mahayana
Analisis struktural, pendekatan instrinsik, atau pendekatan objektif termasuk penelitian, telaah, atau pengkajian terhadap karya sastra sendiri. Perbedaan istilah itu lebih disebabkan oleh perbedaan cara pandang peneliti menempatkan dan memberi pengertian terhadap karya sastra. Dalam analisis struktural misalnya, karya sastra dianggap sebagai sebuah struktur: ia hadir dan dibangun oleh sejumlah unsur yang berperan secara fungsional. Analisis struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur tersebut sebagai kesatuan struktural. Pusat perhatian analisis struktural adalah hubungan fungsional antarunsur itu sebagai suatu keutuhan. Kesatuan unsur-unsur itu bukan cuma kumpulan atau tumpukan hal-hl tertentu yang berdiri sendiri, namun saling berkaitan, terikat, bergantung satu sama lain.
Pendekatan instrinsik pun pada dasarnya sama dengan analisis struktural. Karya sastra dianggap di dalamnya mempunyai sejumlah elemen atau peralaatn yang saling berkaitan dan masing-masing mempunyai fungsinya sendiri. Pendekatan intrinsik mencoba menjelaskan fungsi dan keterkaitan elemen (unsur) atau peralatan itu tanpa menghubungkannya dengan faktor di luar itu, seperti biografi pengarang, latar belakang penciptaan, atau keadaan dan pengaruh karya sastra kepada pembacanya.
Adapun pendekatan objektif menempatkan karya sastra yang akan diteliti atau dianalisis itu sebagai objeknya. Mengingat karya sastra yang menjadi objeknya mempunyai unsur-unsurnya yang satu dengan lainnya tidak dapat dilepaskan, maka unsur-unsur itulah yang hendak diuraikan dalam pendekatan objektif. Masalah subjektivitas peneliti, seperti perasaan suka atau tidak suka terhadap pengarangnya, temanya, atau gaya bahasanya, disisihkan. Lalu apa yang dimaksud unsur-unsur bahasa itu dan bagaimana melihat fungsinya masing-masing? Dalam puisi, larik, bait, diksi, atau majas, citraan, dan sarana retorika lain, dianggap sebagai unsur-unsur pembangunnya. Dalam drama, unsur-unsur itu, antara lain, dialog, latar, tokoh, alur, dan tema. Unsur novel, antara lain, tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang, dan pencerita.
Sebagai bahan apresiasi, berikut ini akan dibicarakan sebuah cerpen Gerson Poyk, “Pak Begouwan” (Horison, Desember 1993, hlm. 56—60) berdasarkan analisis struktural. Betapapun analisisnya masih sangat sederhana, diharapkan dapat memberi gambaran lebih jelas, bagaimana mestinya analisis struktural dilakukan.
***
Cerpen “Pak Begouwan” menampilkan tokoh Pak Begouwan, pensiunan ABRI yang tunadaksa; cacat kaki karena kecelakaan sehingga terpaksa hidup bergantung pada kursi roda bermesin listrik. Pembantunya yang banci, tiap malam pergi begadang bersama teman sejenisnya. Jadi, jika malam, Pak Begouwan tinggal sendiri da menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Dalam keadaan begitu, ia kedatangan tamu bernama Bambang Hertawan yang mengaku direktur perusahaan percetakan; mengaku juga masih sekerabat. Ternyata tamu itu tidak lebih dari seorang penipu. Beruntung, pembantu Pak Begouwan yang banci, memergoki si penipu saat kursi roda seharga 5.000 dolar hendak dijualnya. Berkat bantuan temannya sesama banci, tertangkaplah penipu itu. Namun, Pak Begouwan sendiri tidak mau melaporkannya kepada polisi.
***
Dari ringkasan cerpen itu kita melihat keadaan fisik tokoh Pak Begouwan; pensiunan yang cacat kaki menyiratkan sosok manusia yang tercampakkan. Keadaan ini didukung oleh latar suasana dan latar fisik; kursi roda, lingkungan yang jauh dari keramaian kota, kesepian, acara televisi yang membosankan, tinggal sendiri, dan pembantunya yang banci pergi, maka lengkaplah kesepian dan ketakberdayaan Pak Begouwan. Dalam hal ini, gambaran latar yang demikian, mendukung keadaan fisik dan mental si tokoh. Soalnya akan berbeda dan menjadi tidak fungsional jika latar digambarkan sebaliknya: Pak Begouwan hidup bersama kedua anaknya, berada di lingkungan yang ramai, acara TV yang meanrik, pembantunya setiap saat berada di sisinya, atau hidup dengan berbagai kegiatan. Jadi, dengan latar yang mendukung ketidakberdayaan Pak Begouwan, kita (pembaca) “digiring” untuk prihatin pada nsib tokoh itu.
Guna memperkuat ketakberdayaan tokoh itu, pengarang juga menampilkan tokoh lain: tetangga yang agresif. Saat tetangganya marah dan sengaja ngeledek dengan mengirim sekarung daun nangka ke halaman rumahnya,”Pak Begouwan tak dapat berbuat apa kecuali diam.” Diam karena tidak berdaya, tidak punya kemampuan untuk melawan! Sebelum kakinya cacat karena ditabrak motor polisi, ia pernah pula ditipu oleh pembantu rumah tangganya. Terakhir, tamunya yang mengaku bernama Bambang Hartawan, melengkapi ketakberdayaan Pak Begouwan. Jadi, kehadiran tokoh-tokoh lain bagi Pak Begouwan, menempatkannya sebagai tokoh yang malang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang sudah tidak berguna lagi. Kemudian, apakah ini semacam ironi bagi pensiunan ABRI?
Gambaran Pak Begouwan yang diliputi ketakberdayaan, latar suasana yang sepi—sendiri—latar sosial yang tidak dinamis, dan tampilnya tokoh-tokoh lain yang justru malah menambah derita tokoh pensiunan itu menunjukkan bahwa unsur-unsur itu hadir secara fungsional. Ada hubungan yang erat antar-unsurnya. Lalu bagaimana kaitannya dengan tema cerpen ini?
Tema sebagai pokok persoalan dalam sebuah wacana (discourse) kehadirannya tidak terlepas dari motif-motif sebagai tema yang lebih kecil. Motif-motif itulah yang kemudian membangun sebuah tema cerita. Sementara tema sendiri sebagai salah satu unsur dalam struktur itu kedudukannya sama seperti unsur yang lain. Ia terkait erat dengan unsur lainnya. Lalu bersama unsur-unsur lain itulah, sebuah wacana dalam kesatuan struktur naratif dibangun.
Dalam cerpen “Pak Begouwan”, kita dapat mencermati motif-motif yang melingkari tokoh Pak Begouwan. Kesepian, kesendirian, kemalangan, ketuaan, dan ketakberdayaan telah menyeret diri tokoh itu merasakan betul ketakberdayaannya. Dengan demikian, masalah itulah yang menjadi tema cerpen ini: ketakberdayaan Pak Begouwan sebagai purnawirawan tunadaksa. Perhatikan kutipan berikut ini:
Pagi itu, dengan kaki yang sudah agak sehat walaupun masih terbungkus gips, Pak Begouwan diantar oleh pembantunya dengan mengendarai taksi ke tempat yang disebut pembantunya. Pak Begouwan terkejut melihat Drs. Bambang Hertawan Direktur P.T. Grafika Putra gadungan itu tidur di atas plastik bersama sahabat kentalnya, orang yang punya anak mahasiswa gadungan yang menipu adiknya di Bali. Keduanya menimbulkan kesan kelelahan kepercumaan, keterdamparan dua bongkah manusia tak berharga dibanding struktur raksasa jalan layang itu….
Di luar di depan mata kepala manusia, jawaban diberikan oleh seekor kecoa yang melintasi wajah doktorandus di SD, karena seekor kucing mendekati ketiak doktorandus gadungan itu lalu menyemprotkan kencingnya keras-keras, tetapi tidak disadari oleh yang dikencingi.
Dalam peristiwa tersebut, Pak Begouwan dihadapkan pada sosok manusia (Bambang Hartawan) dan temannya—yang juga penipu—yang diliputi kelelahan, kepercumaan, dan keterdamparan. Kesan itu menjadi sangat kuat dengan penggambaran latar struktur raksasa jalan layang. Lalu secara sinis, kepercumaan dua manusia itu disimpulkan kewat seekor kecoa yang melintasi wajah sarjana dan mahasiswa gadungan itu, serta seekor kucing yang mengencingi keduanya. Dalam hal ketakberdayaan Pak Begouwan dan ketidaknormalan para banci, ternyata masih lebih bermakna dibandingkan kedua penipu itu.
***
Sekedar catatan kecil, beberapa kelemahan cerpen ini perlu juga disinggung untuk menunjukkan betapa keterkaitan antarunsur yang membangun struktur naratif cerpen ini mesti berperan secara fungsional. Peristiwa kecelakaan yang menimpa Pak Begouwan di awal cerita, misalnya, tampak kurang didukung oleh kehadiran tokoh lain. Polisi menabraknya sambil berseru, “Mampus kau! Arwah pahlawan lebih penting dari kakimu!” Seakan-akan hadir hanya untuk menjadikan kaki Pak Begouwan cacat. Lalu mengapa mesti polisi? Begitu pun kehadiran Menteri Penerangan Korea Utara dan Indonesia, tampak hanya sekedar untuk memberi kursi roda. Jika polisi dan kedua pejabat tinggi negara itu, berperan dalam peristiwa selanjutnya, kehadiran tokoh-tokoh itu menjadi fungsional. Misalnya, polisi itu yang kemudian menangkap penipu; atau pejabat tinggi itu pernah pula ditipu oleh si doktorandus dan mahasiswa gadungan. Jadi polisi dan kedua pejabat tinggi itu, tidak hanya berperan sebagai pnyebab semata-mata.
Peristiwa lain yang juga mengganggu dapat kita perhatikan dari kutipan ini: “Mendengar itu, kepalanya melepaskan diri dari badannya dan mengejar polisi itu….” Sebagai cerpen konvensional yang peristiwanya dibangun oleh hubungan sebagai akibat, pernyataan itu, jelas tidak logis. Ketidaklogisan ini juga terjadi pada negeri baru sebagaimana dipaparkan di awal cerita. Sebab belakangan Pak Begouwan diketahui tinggal di sebuah kampung di pinggiran kota Jakarta. Ada kesan, dalam bagian ini, pengarang sekedar bermaksud membuka cerita. Tetapi akibatnya, bagian ini tidak ada kaitannya dengan peristiwa berikutnya.
Tokoh lain yang juga kehadirannya mengganggu keseluruhan cerita adalah tokoh tetangga Pak Begouwan yang beternak ayam. Bagaimana peternak ayam digambarkan mempunyai watak seperti ini:
Kadang-kadang, kalau dia marah mengejar anak ayam yang terlepas dari kandang, ia menangkapnya dan langsung meremas anak ayam itu sampai mati dan terpuaskanlah dendam dan amarahnya. Padahal, sebelumnya ia berkata begini, “Tega benar orang Jakarta ini. Ayam orang masuk halaman orang lain, langsung digoreng….”
Watak tokoh Pak Begouwan sendiri, dalam beberapa hal, juga digambarkan secara kurang wajar. Bagaimana seorang pensiunan ABRI dapat berperilaku lemah dan pasrah tak berdaya. Mungkinkah kecelakaan kaki yang menimpa Pak Begouwan secara keseluruhan mengubah wataknya yang sudah dibentuk semasa ia masih dinas? Masalahnya akan menjadi lain, jika Pak Begouwan bukan mantan ABRI, misalnya, pensiunan guru atau pegawai sipil lainnya.
Begitulah, contoh analisis struktural (sederhana) terhadap cerpen “Pak Begouwan” karya Gerson Poyk.***
Tags: Apresiasi Cerpen, Maman S Mahayana
This entry was posted on Thursday, October 30th, 2008 at 3:30 am and is filed under Esai. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
2 comments so far
Fahrurraji Asmuni

1
Salam. Saya guru SMAN 1 Amuntai, mengajar bahasa Indonsia. Saya sangat senang bertemu bapak Maman S Mahayana di Balangan (Kalsel) pada Aruh Sastra V
Blog saya : wwwkaryaraji.blogspot.com
December 14th, 2008 at 9:10 pm
azma

2

Older Posts »

Kategori